Selama ini di masyarakat umum terdapat teori yang menggap bahwa Allah menurunkan tiga agama samawi yaitu Yahudi, Kristen/Nashrani. dan Islam benarkah demikaian?
Seperti telah kami bahas dalam artikel yang lalu (Menganal tiga Istilah : Millah, din dan Syari'ah) bahwa ad-Din sebuah keseluruhan sistem aturan yang mengatur segala aspek kehidupan, disertai dengan konsekuensi bagi pelanggar juga balasan bagi yang taat. kata ad-din inilah yang nantinya akan digunakan sebagai pengertian yang dimaksud dengan “agama” dalam tulisan ini.
Adapun agama samawi menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai agama-agama yang bersumberkan wahyu Tuhan, seperti Islam dan Kristen. yang akan jadi sorotan dalam tulisan ini adalah benarkah ada tiga nama untuk agama samawi? jawabannya ada dalam pemaparan kami berikut ini.
Pengertian Islam
Dalam bahasa Arab istilah Islam berasal dari akar kata s-l-m (س-ل-م), darinya terbentuk mashdar salaam, salmu, silmun dan salaamah yang dasarnya menurut ar-Raghib al-Ashfahani diartikan sebagai bebas dari penderitaan baik lahir ataupun Batin. Kata ini lazim digunakan untuk mengungkapkan kesenangan dan ketentraman di akhirat, karena dengan kesenagan di akhirat manusia benar-benar bebas dari segala bentuk penderitaan. (ar-Raghib al-Ashfahani, 2010 : 181 dan lihat juga Ibnu Mandzur, TT, 12 : 289)
Sedangkan Islam adalah bentukan dari morfem bentuk masdar tsulatsi mazid If’aal, yang memiliki fungsi a.l. menyatakan masuk, seperti contoh, Iraaq (عراق) jika dimasukkan ke dalam morfem bentuk if’aal menjadi i’raaq اعراق)) maka artinya adalah “masuk ke negeri Iraq”. Maka kata ar-Raghib Istilah Islam berati “Masuk ke dalam keselamatan atau kedamain”.
Secara Istilah, “Islam berarti mengikuti syari’at Allah yang dibawa oleh Rosul yang diutus di zamannya.”, dalam hal ini Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengatakan :
“...Islam itu adalah mengikuti Rasul yang Allah utus dengan membawa ajarannya di setiap zaman, sampai ditutuplah ajaran tersebut dengan diutusnya Muhammad Saw, yang menutup seluruh cara (syari’at[1]) selain dari Muhammad SAW, maka siapa saja menemukan suatu agama yang tidak menggunakan syari’at Nabi Muhammad Saw, maka agamanya tidak akan diterima”
Dengan kata lain Islam berarti menaati segala ajaran yang Allah syari’atkan saat ia berlaku sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dan Abadi. “Islam adalah jalan yang seharusnya ditempuh untuk mencapai kebahagiaan.”
Oleh karena itu dalam Q.s al-Baqarah 208 Allah ta’ala mengungakapkan perintah untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaafah dengan menggunakan kalimat perintah “masuklah ke dalam as-Silm secara kaafah”.
“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam kedamaian/keselamatan, secara kaafah” (al-Baqarah 2 : 208)
Oleh karenanya dengan tegas Allah mengungkapkan agama yang Allah turunkan ke dunia ini hanyalah Islam, Allah swt berfirman :
إنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah itu hanyalah Islam, dan orang-orang yang telah dianugrahi kitab tidak pernah berselisih tentang hal itu melainkan setelah datang pengetahuan kepada mereka, disebabkan kedengkian di antara mereka. Dan siapa saja yang kufur terhadap ayat-ayat kami maka sesungguhnya Allah (memiliki) perhitungan yang sangat cepat” (Ali Imran 3 :19)
Secara bahasa kalimah ‘inda (عِنْدَ) menurut Ibnu Arabi—dalam tafsirnya “ Tafsir Ahkam” ketika mengupas QS. al-An’am 59— memiliki dua fungsi, yaitu pertama, menujukkan fungsi berada di dekat, dan yang kedua, berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan. Artinya dalam ayat tersebut mengungkapkan bahwa agama yang ada di sisi-Nya dan dia miliki adalah Islam, maksudnya adalah agama yang Allah syari’atkan bernama Islam, tidak ada yang lain.
singkatnya Islam adalah nama agama yang Allah gariskan di sepanjang zaman dan di setiap periode nabi mulai dari nabi pertama Adam a.s. hingga nabi Muhammad SAW dengan syari’at yang berbeda.
Muslim sebutan al-Qur’an terhadap Pengikut Ajaran Islam di sepanjang zaman
1. Para Nabi yang diutus kepada orang-orang Yahudi dan berhukum dengan Taurat meraka adalah Muslim
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُون
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.(QS. al-Maidah 5:44)
2. Allah memperingatkan kepada Nuh untuk menjadi seorng Muslim
فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (muslim)."(Yunus 10 : 72)
3. Nabi Ibrahim berdo’a agar dirinya dan Ismail dijadikan seorang Muslim
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau (muslim) dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh (musim) kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (al-Baqarah 2 :128)
4. Nabi Ya’kub memerintahkan putra-putranya agar wafat dalam keadaan Muslim
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Al-Baqarah 2:132)
5. Persaksian tukang sihir fir’aun
وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (muslim)."(al-A’raf 7 : 126)
6. Persaksian Fir’aun menjelang ajalnya
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)."(Yunus 10 :90)
7. Para Hawari pun seorang Muslim
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)."(QS ali-Imran :52)
Ungkapan pengakuan ke-Islaman mereka merupakan merupakan ungkapan penyerahan diri secara total atau kaafah untuk mengikuti ajaran Allah yang dibawa oleh para nabi dan rasul yang menyerukan ajaran-Nya, Bukan seperti apa yang ditunjukkan oleh Arab Baduy yang diabadikan dalam al-Qur’an :
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman." Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(al-Hujurat 49 : 14)
Oleh karena itu untuk kaum Ahli kitab yang benar-benar paham akan isi kitab mereka yang sesungguhnya akan paham betul dengan nama islam itu, dan akan mengakui Islam sebagai agama yang benar. Mereka yakin Islam akan disempurnakan dengan kedatangan seorang nabi di Akhir zaman dengan membawa syari’at yang menyempurnakan agamanya.
Maka sebenarnya setiap seruan da’wah untuk berislam tidaklah aneh bagi kaum ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani), Gambaran ini jelas terlihat saat Rasulullah SAW menyampaikan da’wah kepada raja Heraqlius[2], dengan kalimat yang singkat Rasulullah menulis :
" بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ " وَ {يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dari Muhammad, Hamba Allah dan Utusannya untuk Heraqlius yang agung : “Kedamaian (salaamun) bagi yang mengikuti petunjuk. Adapun setelahnya : Aku menyerumu dengan ajakan kepada Islam, Ber-Islamlah, kau akan damai (selamat), Allah akan memberimu dua kali kebaikan, tapi jika engkau menolak maka untukmu juga dosa para orang-orang dibawahmu. “Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang Muslim ".
Dengan hanya ajakan tersebut suasana di sekitar raja Heraqlius seketika riuh, mereka paham betul dengan ajakan itu. beberpaa hari kemudian Heraqlius bermipi bahwa ada seorang raja yang yang berkhitan.
Ia mencari ta’bir mimpinya itu dan mencari hingga menemukan bahwa ia adalah Nabi Muhammad. Ia sangat khawatir kalau-kalau pengaruh dirinya hilang oleh datangnya nabi Muhammad yang sudah jelas tercantum dalam kitab kaum Nashrani dengan ajaran kedamaiannya (Islam).
Maka Dengan langkah berani Hiraqlius mengumpulkan seluruh rakyatnya di sebuah tempat lalu mengunci gerbaangnya, lalu berkata :
يَا مَعْشَرَ الرُّومِ، هَلْ لَكُمْ فِي الفَلاَحِ وَالرُّشْدِ، وَأَنْ يَثْبُتَ مُلْكُكُمْ، فَتُبَايِعُوا هَذَا النَّبِيَّ؟ ،
Wahai warga Romawi, apakah kalian ingin mendapatkan kemenangan dan ajaran yang lurus, dan mengokohkan kerajaan kalian , maka (bersediaakh) kalian membai’at nabi ini?.
Dengan perkataan tersebut seketika bangsa Romawi bubar dan hendak keluar dari lapangan itu, tapi itu terkunci.
Lalu Heraqlius kembali mengatakan :
قَالَ: رُدُّوهُمْ عَلَيَّ، وَقَالَ: إِنِّي قُلْتُ مَقَالَتِي آنِفًا أَخْتَبِرُ بِهَا شِدَّتَكُمْ عَلَى دِينِكُمْ، فَقَدْ رَأَيْتُ،...
“Kembalikanlah mereka padaku”(pintanya pada pengawalnya pent) Lalu ia berkata : “Sesungguhnya perkataanku tadi hanya untuk mengukur kesungguhan kalian atas agama kalian, dan aku benar-benar melihatnya (kuatnya iman itu),
Maka semua rakyat Romawi itu bersujud pada Heraqlius dengan perasaan yang gembira.
Ungkapan dakwah singkat nabi dengan kalimat kalimah-kalimah, salaamun, Islam, aslim, taslam, muslimun dan yang sebentuk dengannnya ditambah dengan bukti kenabian Muhammad SAW, telah membuat seorang Hiraqlius begitu takut kehilangan pengaruhnya. Ini menunjukkan Islam sudah tak asing dalam ajaran Nashrani. Karena Islam adalah agama mereka, dan akan disempurnakan oleh nabi terakhir yang diramalkan dalam kitab mereka sendiri. Wallohu a’lam
Jejak-Jejak istilah Islam dalam Sumber Yahudi dan Nashrani
Mengenai hal ini, AD. El-Marzdedeq yang seorang sejarawan dan ahli tamaddun dari Indonesia yang menguasai bahasa Ibrani mengungkapkan :
Pokok agama orang Yahudi dan Bani Israil lainnya ialah agama yang diajarkan oleh nabi Musa a.s. dan Nabi-nabi Bani Israil lainnya kecuali Nabi Isa a.s.
Semula agama itu disebut shalom. Berkitabkan Tauret, Zabur dan Kitab wahyu dari nabi lainnya seperti kitab Yausak, Kitab Rut, Kitab Samuil, kitab Ezra, (Uzair), KItab Nehemia, Kitab Ester, Kitab Ayub, Salomon (Sulaiman), Kitab Yesaya, Kitab Jeremia, Kitab Yehezkil, Kitab Danial, Kitab Hosea Kitab Joel, Kitab Amos, Kitab Obaja, Kitab Junus, Kitab Mikha, Kitab Nahum, Kitab Habakuk, Kitab Zefania, KItab Hagai, Kitab Zakharia, dan Kitab maleakhi.
Kitab-kitab ini dihimpun disatukan dengan kitab Tauret (Taurah) menjadi Kitab Kanon, atau Kitab Wasiat. (AD. El-Marzdedeq, 1422H : 22-23)
Shalom
(שָׁלוֹם) (Sephardic Ibrani / Israel Ibrani: shalom, Ashkenazi Ibrani / bahasa Yiddish: Sholom, Sholem, sholoim, shulem) adalah kata Ibrani yang berarti damai, kelengkapan, kemakmuran, dan kesejahteraan dan dapat digunakan ideomatik berarti baik halo dan selamat tinggal . seperti dalam bahasa Inggris kata ini dapat diartikan sebagai perdamaian antara dua entitas (terutama antara manusia dan Tuhan atau antara dua negara), untuk kesejahteraan, kesejahteraan, keamanan seorang individu atau sekelompok individu. Kata ini juga ditemukan di banyak ekspresi dan ungkapan lainnya. dalam bahasa yang semit lainnya ia setara dengan bahasa Arab salaam, sliem di Malta, Shlama di Siria-Asyur dan salam dalam bahasa Semit Ethiopia dari SLM akar Proto-Semit.
[3] Kata Shalom ini memiliki arti yang berbeda tergantung konteksnya ayatnya.
Arti yang paling penting dicatat yaitu “Shalom” merupakan nama sebuah prinsip agama orang-orang Yahudi (a Jewish religious principle). Dalam buku Not the Way It’s Supposed to Be: A Breviary of Sin A Brevir Sin, penulis Cornelius Plantinga menggambarkan konsep shalom dalam perjanjian lama sebagai berikut :
The webbing together of God, humans, and all creation in justice, fulfillment, and delight is what the Hebrew prophets call shalom. We call it peace but it means far more than mere peace of mind or a cease-fire between enemies. In the Bible, shalom means universal flourishing, wholeness and delight – a rich state of affairs in which natural needs are satisfied and natural gifts fruitfully employed, a state of affairs that inspires joyful wonder as its Creator and Savior opens doors and welcomes the creatures in whom he delights. Shalom, in other words, is the way things ought to be.[9][4]
“Ikatan antara Tuhan, manusia, dan semua ciptaan dalam keadilan, pemenuhan diri, dan kebahagian adalah apa yang para Nabi Bani Israil menyebutnya shalom. Kami menyebutnya dengan “kedamaian” tetapi (sebenarnya) artinya jauh lebih dari sekedar ketenangan pikiran atau gencatan senjata dengan musuh. Dalam Alkitab, shalom berarti semesta yang tumbuh subur, keutuhan dan kebahagiaan—keadaan lapangnya segala urusan di mana kebutuhan alami terpenuhi dan bakat alami bekerja dengan baik, Keadaan segala urusan yang mengilhami keajaiban yang menyenangkan yaitu ketika Pencipta dan sang Juru selamat membuka pintu dan menyambut makhluk yang disayangi. Shalom, dengan kata lain, adalah sebuah jalan yang seharusnya dalam segala hal.”
Ungkapan ini menggambarkan bahwa pada intinya ajaran agama orang-orang Yahudi bernama bernama shalom.
Pernyataan serupa keluar dari David Benjamin Keldani seorang, Kristen yang memutuskan menjadi muallaf setelah melihat pesan-pesan kenabian Muhammad saw dalam Bible. Dalam tulisannya “Muhammad dalam perjanjian lama (trj) ia mengutip ayat Bible berikut ini :
“Aku akan menggoncangkan segala bangsa, dan Himda untuk semua bangsa ini akan datang, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman Tuhan semesta alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman Tuhan semesta alam. Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman Tuhan semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi Syalom, demikianlah firman Tuhan semesta alam." (Haggai 2:7-9)[1]
Kemudian ia menafsirkannya :
Sebenarnya, disinilah nubuat yang sangat hebat, ditegaskan melalui sumpah Tuhan yang biasa dalam alkitab, “kata Tuhan Sabaoth” diulang-ulang 4 kali. Jika nubuat ini dipahami dari pengertian abstrak kata himda dan Syalom sebagai desire dan peace, maka nubuat menjadi tak lebih dari sebuah aspirasi yang tidak dapat kita pahami. Tetapi, jika kita memahami istilah himda sebagai sebuah gagasan konkrit, sebuah gagasan pribadi dan realitas, dan kata syalom, bukan suatu kondisi, melainkan suatu kekuatan yang hidup dan aktif dan sebuah agama yang pasti tidak dipungkiri adanya, maka nnubuat ini pasti benar dan terpenuhi pada sosok Ahmad dan tegaknya Islam. Karena himda dan Syalom-atau Sylama- persis memiliki pengertian yang sama dengan, berturut-turut, Ahmad dan Islam.
Hal yang serupa juga ditemukan dalam perjanjian baru, dalam yaitu dalam kumpulan surat Paulus yang dimuat dalam surat Roma 3 : 16-20 yang menyebutkan tentang keadaan orang-orang Yahudi yang telah sesat, di sana digambarkan bahwa orang-orang Yahudi pada masa itu telah kehilangan jalan damai (baca: shalom), sebagai berikut :
kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. 3:16 Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, 3:17 dan jalan damai tidak mereka kenal; t 3:18 rasa takut kepada Allah tidak ada 3 pada orang itu. u " 3:19 Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat v ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, w supaya tersumbat x setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. y 3:20
Ungkapan tersebut kemudian dikuatkannya dengan ungkapan dalam Surat Roma 3 : 25, yang menyatakan :
3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian m karena iman, dalam darah-Nya 7 . Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan o dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Ungkapan ini keluar dari mulut Paulus/Saul—seorang yang mengaku nabi utusan Tuhan setelah Isa a.s.—, ini menunjukkan bahwa Paulus mencoba meyakinkan kaumnya agar mengikituti ajarannya yang sama sekali bertentangan dengan ajaran Isa a.s. dengan mengklaim bahwa ajaran yang ia bawa adalah ajaran Shalom (damai/perdamaian).
Istilah shalom dalam Yahudi dan Nashrani menjadi gambaran bahwa ajaran agama yang Allah syari’atkan hanyalah Ajaran agama Islam/Shalom (SLM), yang membawa para pemeluknya kepada kedamaian yang hakiki dan abadi di Akhirat kelak. Namun dalam perjalanannya ajarannya dirusak hingga namanya pun ingin mereka hilangkan, namun mereka hanya bisa menyamarkannya. Hingga akhirnya muncul anggapan bahwa Yahudi, Nashrani, adalah nama agama yang pernah disyari’atkan Allah pada umat terdahulu padahal kedua istilah itu bukan nama agama. (akan dijelaskan pada bagian kedua)
Inilah mungkin yang menjadi sebab mengapa Henry Makow menunturkan bahwa tujuan utama Illuminati adalah mengahancurkan semua agama terutama Kristen, sebab dengan membuka sumber ajaran kristen dengan benar, akan membuka jalan menuju kebenaran agama Islam yang disyari’atkan di akhir zaman, yaitu ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Dengan demikian sangat tepat ungkapan al-Qur’an bahwa hanya agama Islamlah yang dijamin keselamatannya, barang siapa yang mencari agama selain Islam maka mereka termasuk orang yang merugi, Allah berfirman :
قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ. وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(Q.s Ali Imran 3 : 85-86)
Dalam ayat di atas Allah memerintahkan dengan tegas supaya kita beriman kepada Allah dan ajaran Islam yang syari’at-syari’atnya telah diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan keturunannya serta Nabi Isa dan Nabi Musa a.s. karena diutusnya setiap Nabi yang berfungsi untuk saling melengkapi satu sama lain dan menyempurnakan Syari’at yang berlaku sebelumnya, dengan adanya penggantuan demi penggantian syari’at. Dan hari ini syari’at yang berlaku adalah syari’at nabi Muhammad, syari’at penyempurna ajaran Agama Islam di akhir zaman.
Rasulullah saw. Pernah bersabda:
مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا بِنَاءً فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ: هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ؟ قَالَ: فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku seperti seseorang yang membuat sebuah rumah. Diperindah dan diperbagusnya (serta disempurnakan pembangunannya) kecuali satu tempat untuk sebuah batu bata di salah satu sudutbya. Orang-orang pun mengelilingi rumah dan mengaguminya lantas bertanya, “Mengapa batu bata ini belum dipasang?” Nabi pun berkata, “Sayalah batu bata (terakhir) itu, dan sayalah penutup para nabi.” (HR. al- Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
أنْتُمْ تَتِمُّوْنَ سَبْعِيْنَ أُمَّةُوَأَنْتُمْ خَيْرُهَا وَ أَكْرَمَهَا عِنْدَ اللهِ
“Kamu sekalian menyempurnakan 70 umat, dan kamu adalah yang sebaik-baik dan semulia-mulia umat di sisi Allah.” (Tirmidzi dan Ahmad)
Masihkah Umat Yahudi dan Nashrani dikatakan sebagai Muslim?
Telah kami paparkan bahwa syari’at Islam ditutup dengan datangnya Nabi terakhir, Muhammad SAW dengan syari’at yang bersumber dari al-Qur’an. adapun sunnah itu adalah bentuk konkrit dari al-Qur’an atau dengan kata lain ia merupakan penjelas dari al-Qur’an. Islam yang diakui Allah hanyalah Islam yang menggunakan ajaran ini.
Maka bagaimana bisa umat Yahudi dan Nashrani dianggap sebagai muslim hari ini jika mengakui kenabian Muhammad saja tidak ? bagaimana mereka akan diakui sebagai seorang muslim jika kepercayaannya masih syirik?
Mereka adalah sekte turunan dari agama Islam yang syari’atnya di bawa oleh nabi-nabi bani Israil, yang sama sekali sudah berada di luar Islam.
Wallohu A’lam
sumber:
http://salaamatan.blogspot.co.id/2015/02/satu-agama-banyak-sekte-bag-1-islam.html
Bagikan
Agama Samawi Hanya ISLAM
4/
5
Oleh
adlin dalimunthe